Dan jejak mereka tertinggal di gunung-gunung yang mereka singgahi
Jejak penuh kebahagian, keberanian, dan suka cita
Ditelan hiruk pikuknya Jakarta, dijejali asap tak bertanggung jawab kota, dan sombongnya bintang-bintang di malam hari di kota ini. Diam dan kurangnya kreatifitas tidak akan mampu menandingi dinamisnya hidup di zaman ini, di kota ini. Di sebuah ibu kota yang sudah terkenal dengan kesemrawutannya ini saya menemukan keluarga baru, keluarga yang sungguh dinamis dan unik, keluarga tempat saya meluangkan waktu untuk sekedar bertukar pikiran, belajar, dan melarikan diri dari kenyataan pikiran-pikiran jenuh yang kadang saya alami. Di sudut kota Jakarta, di sebuah rumah sederhana tapi kaya cinta. Dinahkodain oleh seorang pria pemberani yang beristrikan wanita modern jaman sekarang dan dikarunia peri kecil yang sungguh cantik dan pintar, Maha Besar Tuhan yang sudah menyatukan mereka.
Saya tidak ingat persisnya kapan mengenal mereka, yang jelas hobilah yang mempertemukan saya dan mereka. Kami memiliki hobi yang sama, yaitu mendaki gunung. Jangan tanyakan kami kenapa mempunyai hobi ini, karena tak akan bisa dijawab oleh deretan logika dan terlebih lagi saya bosan untuk menjelaskannya. Biarlah hobi ini yang mempertemukan saya dan saudara-saudara baru saya.
Ary Darmawan, Hermin Setyocahyani, Naquita Darmawan
Saya enggan bertanya kenapa mereka naik gunung, tapi mungkin secara tidak langsung seiring dengan aktifnya lagi organisasi pecinta alam di salah satu sekolah menengah negeri di Jakarta yang kebetulan juga dekat dengan kostan saya di Jakarta, tempat dimana saya juga menemukan saudara-saudara baru. Dua tahun lalu kira-kira mereka mulai naik gunung bersama termasuk si kecil Naquita yang waktu itu masih berumur 4 tahun. Dimualai dengan mencicipi puncak gunung Gede, di Jawa Barat. Saya hanya menebak waktu itu bahwa bakal ada pendakian-pendakian selanjutnya. Ternyata tebakan saya benar, seandainya itu tebakan lotre pasti saya sudah menang banyak hehe.
Sambil menggelengkan kepala saya menulis tulisan ini, hampir tidak percaya sekaligus kagum atas apa yang mereka lakukan setelah kunjungan mereka ke gunung Gede. "Looo gila mas, looo gilaa mbak" kata-kata itu mungkin cukup mewakili kegilaan-kegilaan mereka selanjutnya. Gila luuu ndro, elu kali yang gila kas, iya si ndro tapi ada yang lebih gila dari gw ndro, siapa kas? itu orangnya di atas. Ada juga yang lebih gila dari lu ya kas, emangnye doi ngapain kas?. Pokoknye dengerin aje cerita gw deh kas.
Saya tidak pernah dekat keluarga seperti mereka sebelumnya yang suka naik gunung bareng, that's why it makes me interest to tell a story about them, a special family indeed!
Setelah pendakian ke Gede itu pula saya semakin dekat dengan mereka. Yang kita obrolin gak jauh-jauh dari peralatan gunung, waktu itu peralatan mendaki mereka belum terlalu komplit. Waaah kesempatan buat ngeracunin seketika itu keluar, berbekal sedikit pengetahuan dan kenalan beberapa rekan penjual peralatan gunung, berhasilah saya meracuni sedikit demi sedikit hahaha. Sambil menyelam minum air, sambil ngeracunin ya saya ambil untung juga jadi penghubung Mas Ary ke penjual, lumayan dapat tambahan buat beli rokok dah, haha piss maaas.
2012 nanjak bareng
Akhirnya kesampean juga ngrasain naik gunung bareng mereka. Bulan Juni 2012 direncanakan ke Semeru, yoih Semeru beroo. Kegilaan pertama sebelum keberangkatanpun terjadi, duhh ngomongin gila lagi dah. Tapi gapapa, buat saya ini emang gila. Lah emang kenapa kas kok gila?bentarr ndro ane belom selesai ngomong juga, plaaaak!!
Ceritanya janjian ni malem sebelum berangkat packing barang yang mau dibawa di rumah Mas Ary. Lah packing doank dibilang gila lu kas, biasa aja kali.....bentar ndro ane belom selesai ngomong, sekali lo nyela gw injek juga lo punya biji.
Jadi barang yang mesti dibawa, terdiri dari 5 kardus gedhe yang isinya makanan semua, faaaak mimpi apa ini, gimana masukin ke keril, gimana rasanya di pundak. Setengah shock, seperempat kaget, tigaperempat lemes, akhirnya ane cuma bersandar di tembok, terharu, sambil mukul-mukul tu tembok (sumpah yang terakhir ini lebay dan fiktif). Baru sekali ini lihat logistik sebanyak itu buat di gunung. Oke berpikir santai kaya dipantai, selow kaya di pulau aiih sedap, tetep aja kepikiran gimana rasanya pundak dari ranupane sampe kalimati, antar kota antar propinsi dah pokoknya. Luuuu kira bus AKAP. Bebas, tulisan- tulisan sendiri ngapa luu protes sih brot, keyboard (nyambungnya dimanaaa damar).
Kembali ke topik daah. Akhirnya menyadari saya nggak sendirian, You'll Never Walk Alone, faak malah bawa tim musuh segala. Jadi, barang-barang logistik itu akhirnya diangkut anggota rombongan yang lain, yaitu 7 pangeran tampan nan rupawan yang menjelma jadi porter. Okesip gak sendiriaaan bero, teriak-teriak kegirangan, salto-salto depan belakang, kayaaaang!!!huraaay
Berangkaaaats....akhirnya hari keberangkatanpun tiba, rombongan naik mobil dari Jakarta sampai Malang dan saya sendiri naik burung besi ke surabaya lanjut ketemuan di Tumpang dan dua hari kemudia mulai start dari ranupani menuju ranukumbolo.
|
how cute that little girl with her pinky legging |
Kegilaan kedua berlanjut, ranukumbolo malem itu dinginya kaya di freezer beroo, aseli dingin banget sampe nusuk ke rahim coba dinginnya. "Lah emang lu punya rahim kas, oh iye maksud gw tulang ndro, rahim sama tulang kan jauuuh banget, ow iya, maklum dingiin ndro, lah lo ngetik kan lagi gak diranukumbolo kas, oh iya ya tapi gw lagi di Manchester sih, iyain aja dah... Glory Glory Manchester United!!!
Di tengah dinginnya ranukumbolo, ada suara yang bikin pecah heningnya ranukumbolo, si kecil nangis menjerit-jerit, Baru kali ini denger suara anak kecil nangis di gunung, kenceng lagi ngalahin sirine ISILOP. Ternyata si kecil nangis karena kedinginan. Setelah pakai sleeping bag punya anggota lain, yaitu si Iqbal akhirnya tak berapa lama si kecilpun mereda tangisannya kemudian lelap dalam tidurnya. Sambil ngetik bayangin Iqbal tidur tanpa sleeping bag jadi ngakak, buahahaha how pity you were. Tapi gapapa itu namanya kesetiakawinan bero. "kesetiakawanan kali kaaaas, bebas, ini negara democrazy ndroo, serah gw donk"
Hari kedua lanjut kalimati, gaaaaspol
Di hari kedua si kecil sudah gak rewel lagi, Alhamdulillah ketemu formulanya juga biar si kecil anteng, termasuk si kecil satunya. Gimana mau gak anteng, mengkeruuut sih iya. Debat dimulai, mengingat kondisi si kecil dan tim lain yg masih capek akhirnya rencana summit malam ini gagal total, dilanjutkan besok dari arcopodo. Pikiran saya melayang ke absen di kantor, duuuh 300rebu bakal kepotong lagi, mewek. Kalau jadwal molor berarti harus bolos sehari juga, iya kalau sehari, tapi kalaaaau...ah sudah lah yang penting tidur, besok masih harus ke arcopodo bawa beban.
Hari ketiga lanjut arcopodo, gaaaas lagi dah
|
Arcopodo |
Kira-kira jam 14.00 lewat WIBMM Waktu Indonesia Bagian Molor Mulu jalan dari kalimati menuju arcopodo. Jam 17.00 lewat satu persatu sampai di arcopodo. Diriin tenda dan masak lanjuut tidur ngisi tenaga buat summit. Mencoba tidur tapi susah dan lagi-lagi si kecil menangis jejeritan setiap setengah jam sekali, gak tau berhentinya kapan akhirnya saya tidur beneran dan bangun jam 00.00 untuk siap-siap summit. Selesai masak, makan (spageti) sebenernya saya ndak doyan sama sekali sama spageti, tapi apa boleh buat tanpa mau menyinggung tim lain akhirnya makan juga hikks, akhirnya berangkat juga menuju mahameru. Seperempat perjalanan ke atas akhirnya Mas Ary menggendong si kecil Naquita dengan gendongan jawa, sedangkan saya sudah sendirian di depan. Sempat dilakukan estafet menggendong si kecil tapi pada akhirnya pada kewalahan, karena memang medan berpasir yang sangat menanjak akhirnya Mas Ary memutuskan membawa si kecil ke bawah dan tidak melanjutkan perjalanan ke atas. Puncakkk bukan segalanya.
Dari semua tim, cuma saya yang muncak, karena memang belum pernah. Tim yang lain cuma sampai cemoro tunggal (cemoronya sudah tumbang sih).
Betapa gigihnya Mas Ary yang pengen membawa si kecil ke atas, tapi betapa bertanggung jawabnya ketika menyadari kalau naik kepuncak waktu itu, dan kondisi seperti itu tidak bisa dipaksakan lagi. Good work maaas, someday you will reach the top!!
Akhirnya saya turun dari puncak sementara yang lainnya menunggu saya di kelik. Usut punya usut ternyata pada desperate muncak karena salah satu tim ada yang nyangkut ke sisi kiri jalur, siapa lagi kalau bukan Raihan van Hantu ahahah. Temen yang satu ini memang rajanya nyangkut deh. Sampai camp arcopodo, masak, tiduran bentar lanjut ranukumbolo lagi.
Hari ke empat, balik ranukumbolo, gaaaaass
|
es di ranukumbolo |
Waktu itu suhu ranukumbolo tidak kalah dinginnya dengan hari pertama, mak nyess. Alhamdulillah si kecil tidak rewel lagi dan si Iqbal tetep masih kedinginan lagi hahaha. Hari kelima bangun pagi rencananya mau lihat sunrise tapi rasanya badan tidak mau dikeluarkan dari sleeping bag, dingin banget. Kapan lagi kan kesini kalo cuma ngumpet di dalem sleeping bag doank kan ya, akhirnya keluar juga dr tenda dan mendapati bunga-bunga es menempel di tenda. Panteeees dinginya kebangetan, berasa jadi ikan yang lagi diawetin biar tetap seger di tumpukan es, lah kita dikata ikan, seger iya, mengkeruut lebih tepat.
Hari kelima perjalanan turun dari ranukumbolo menuju ranupani. Saya memutuskan balik ke Malang duluan untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Surabaya buat ngejar pesawat keesokan harinya sementara yang lainnya memutuskan menginap semalam lagi di Ranupani.
Hikmah dari packingan yang bikin shock tadi adalah, kebanyakan logistiknya susu Ult*a cair buat Naquita, ternyata saya juga yang ikut bantuin ngabisinnya hahaha, gak kekurangan gizi dah di gunung.
Tidak putus di semeru, 2 bulan kemudian meraka melakukan perjalanan ke gunung Rinjani, yan terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sebenarnya saya juga pergi kesana tapi karena ada suatu hal tidak bisa bebarengan dengan Naqita family dan keberangkatannya pun selang satu hari. Tidak banyak yang saya saksikan langsung tentang mereka waktu itu, tetapi mendengar keluarga tersebut selamat dan sehat sampai kebawah lagi rasanya juga sudah cukup senang. Lebih senang lagi sebenarnya kalau waktu itu kita bisa nanjak bareng ya Naquita hehe. Tahun 2012 pun akhirnya ditutup dengan mengunjungi gunung Lawu.
|
Lawu meen |
2013 makiin menggila
Di tahun ini praktis aktifitas saya di gunung sama sekali bisa dikatakan enol karena alasan kesehatan yang membuat saya mudah drop. Berbanding terbalik dengan Naquita yang jalan-jalan terus ke gunung, kali ini lebih-lebih dari tahun sebelumnya. Sampai dengan blog ini saya tulis, lengkap sudah 5 gunung yang didaki, mulai dari papandayan, merapi, merbabu, kerinci, dan terakhir argopuro. Eiiits iya, bulan November ini juga sudah direncanakan berkunjung kembali ke rinjani, hahaha gila loo maaaas gilaaa. Yang paling bikin seneng yaitu, sekarang Naquita sudah gak sering rewel lagi di gunung. "Yaiiiya lah kaaas tu gunung lama-lama kaya halaman belakang rumahnya aja kali, nah itu tau ndro".
Dari pertama kali kenal sampai sekarang, tidak ada yang beruba sama sekali dari keluarga itu. Tetap humble, tetap besar hati, dan yang pasti tetap dinamis. Semoga Tuhan YME selalu melindungi kalian dan selalu meberikan yang terbaik kedepannya.
Terimakasih buat Mas Ary dan keluarga sudah sering saya repotin, sering numpang makan, apalagi tidur di rumah, yang sering buat tempat curhat-curhatan. If there's a place like my 2nd home, it is there. Pesen saya sih tetep jaga kesehatan buat kalian bertiga supaya bisa terus jalan-jalan menikmati Indonesia. I love you
|
Kerinci |
|
Merapi |
|
Papandayan |
|
Merbabu |